PALEMBANG, SUMSELJARRAKPOS- Suatu hari yang mempesona di kota Palembang ketika panggung kopi mimbar menjadi arena bagi perhelatan spektakuler dan diskusi yang membara.
Dengan penuh semangat dan hati yang merindukan kejayaan masa lampau, para praktisi sastra tutur dari Sumatera Selatan bersatu bersama tokoh terkemuka seperti Dosen Universitas PGRI, M. Nasir, menggelar sebuah acara yang tidak hanya menyentuh, tetapi juga membangkitkan semangat untuk melindungi dan menghidupkan kembali warisan budaya yang telah lama terlupakan.
Acara tersebut bukan sekedar panggung untuk kenangan akan masa silam yang mulia tetapi juga untuk melestarikan budaya.
Ini adalah panggilan suci untuk bertindak, untuk menggali dan merawat jejak tingginya peradaban Sriwijaya yang telah lama terkubur di bentang alam.
Fokusnya pada kebudayaan sastra bertutur di wilayah hulu Musi adalah cahaya yang memandu kita untuk memahami bahwa sastra bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan cermin bagi nilai-nilai dan kebijaksanaan yang membentuk identitas sebuah peradaban yang luhur.
Taufik Wijaya, sosok yang tak kenal lelah dalam memperjuangkan kehidupan budaya, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya ketika berbicara tentang visi besar di balik acara ini.
“Lembah Sungai Musi bukan hanya sekadar tanah yang subur, tetapi juga ladang yang penuh akan kekayaan budaya.
Kami berkomitmen untuk memperkuat jejak-jejak tersebut melalui sastra tutur yang tidak hanya merayakan kearifan lokal, tetapi juga membangun jembatan antara masa lalu dan masa kini.”jelas pria yang akrab disapa dengan TW ini
Namun, program ini tidak hanya membawa penonton untuk merenung tentang masa lampau yang gemilang.
Sebaliknya, mereka juga akan produksi 10 video art yang akan menampilkan puisi dari generasi Z, menyatukan tradisi dengan inovasi dalam sebuah harmoni yang menakjubkan.
“Kami ingin menciptakan ruang yang aman bagi ekspresi kreatif generasi muda, menjadikan warisan budaya kita hidup dan relevan bagi masa depan yang cerah,”ungkap TW.
Diharapkan, melalui langkah-langkah revolusioner ini, pesan luhur dari puisi-puisi lahan basah Sungai Musi akan terus bersinar terang, menjadi bukti nyata dari kebangkitan kembali keajaiban peradaban Sriwijaya yang sastranya bersumber dari alam dan kearifan lokal.
Sebuah babak baru dalam sejarah kita yang membangkitkan semangat kita untuk menghargai dan melindungi warisan budaya kita yang luar biasa.
Ini adalah permulaan dari sebuah perjalanan panjang untuk mengembalikan gemerlap Sriwijaya ke pangkuan kita, di mana kekuatan sastra tutur akan menjadi sumber inspirasi yang tak terbatas bagi generasi mendatang.(***)