LUBUKLINGGAU SUMSELJARRAKPOS.com-
Setiap tanggal 2 Mei yang merupakan hari Pendidikan Nasional, saya selalu berdiri diatas jembatan Ulak Surung melakukan tafakur sejenak dan tabur bunga mengenang tewasnya belasan orang teman sekolah saya dimana akibat dari putusnya tali jembatan gantung dan saat 3 mobil yang mengangkut puluhan murid SD 46 berada di atas jembatan Gantung Ulak Surung ke 3 mobil yang mengangkut tercebur masuk ke sungai dan diantara puluhan murid kelas IV kelas V dan kelas VI 14 orang meninggal dunia.
Pagi itu tanggal 2 Mei 1991 saya Nurbaiti ketika itu duduk di kelas VI beberapa hari sebelumnya Kepala Sekolah SD 46 ketika itu Ibu Muwirdah mengumumkan bahwa murid kls IV, V, dan Kelas VI akan mengikuti Upacara Hari Pendidikan Nasional di Lapangan Merdeka Lubuklinggau.
Pagi tanggal 2 Mei 1991 dihalaman sekolah kami telah menunggu 3 buah taksi kota yang akan mengangkut kami ke tempat upacara berlangsung
Ketika ke 3 kenderaan yang kami tumpangi melewati jembatan kami bernyanyi dan tiba tiba terdengar dentuman keras dan saya tidak ingat lagi ketika sadar setelah 2 hari 2 malam saya dudah berada di rumah sakit umum bersama belasan teman teman yang selamat.
Saya tidak ingat persis ke 14 kawan kawan yang kebanyakan murid kelas VI murid kelas V satu orang dan murid kelas 2 satu orang,diantara yang saya ingat Ella,Purnama, Indra, sedangkan yang selamat dan.luka luka berat ringan adalah saya, Satria, Desmawati.Untuk mengevakuasi baik korban yang tewas mapun yang terluka tidak lah mudah kerena dasar sungai tepat disekitar jembatan putus itu ada gaung yang dalam sehingga untuk menyelam dan mencari korban diturunkan Tim SAR dari Palembang pihak Polres Musi Rawas serta ratusan warga kota Lubuklinggau, dan korban yang meninggal ditemukan bervariasi.
Tewasnya belasan ada yang ditemukan 2 hari bahkan ada yang ditemukan 4 hari sedangkan belasan korban yang luka ada yang sampai sebulan lebih dirawat di rumah sakit bahkan ada yang dilarikan di Rumah Sakit Palembang.
Peristiwa berdarah di hari Pendidikan Nasional yang menelan murid SD 46 Lubuklinggau kala itu mendapat perhatian dari berbagai kalangan bahkan Gubernur Sumsel dan pihak aparat tingkat Sumsel turun tangan begitu pula Bupati Musi Rawas serta ribuan warga tumpah ruah melihat peristiwa berdarah itu.
Bagi saya ke 14 teman teman yang gugur saat akan melaksanakan upacara Hari Pendidikan Nasional di lapangan merdeka Lubuklinggau yang masih memakai seragam sekolah adalah “Pahlawan Cilik Pendidikan” jadi setiap tahun tepat pada hari pendidikan nasional selalu memberikan penghormatan dan tabur bunga buat kawan-kawan Pahlawan pendidikan cilik.
Saya himbau kepada semua rekan-rekan yang saat peristiwa tragedi itu terkhusus murid-murid SD 46 tahun 1991 mari kita mengenang dan tafakur sejenak dihari pendidikan Nasional 2 Mei 2024. Untuk mengenang kepergian sahabat kita,dan kerena saya tidak ingat lagi kawan kawan, coba kawan kawan yang masih ingat kita saling konfirmasi dan kita bisa saling ketemu.
Harapan saya kepada Pemerintah Daerah Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau tak salah kalau membuat tugu dan mencantumkan nama-nama para sahabat yang tewas pada peristiwa 33 tahun lalu itu.
Saat ini saya berusia 47 dimana dalam petistiwa itu saya terluka jatuh bersama mobil dari ketinggian 20 meter dan peristiwa itu tak akan pernah dilupakan sepanjang hidup saya, dan kalau ada kawan-kawan yang selamat dari peristiwa berdarah 2 Mei 1991 serta khususnya eks murid SD 46 terminal satelit, yang entah dimana kini mari kita kenang sejenak peristiwa berdarah itu dan untuk kita ceritakan kepada anak dan cucu kita bahwa di Musirawas dan Lubuklinggau ada Pahlawan Cilik Pendidikan yang siap menyemangati generasi muda kedepan. (T.Masri Syah/Snd)