PALEMBANG, SUMSEL JARRAKPOS, —Baru dua bulan menjabat sebagai Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Palembang, M. Rolan, A.Md.I.P., S.H., M.H., langsung tancap gas dengan berbagai terobosan. Dalam acara coffee morning bersama media, Sabtu (2/8/2025).
Rolan memaparkan sederet capaian nyata yang telah berhasil dirintis demi mewujudkan layanan pemasyarakatan yang lebih humanis, transparan, dan produktif.
“Selama dua bulan ini, saya dan jajaran fokus pada peningkatan kualitas pelayanan, pembenahan fasilitas, serta pemberdayaan warga binaan melalui kegiatan yang bermakna,” ujar Rolan.
Langkah cepat dilakukan Rolan dengan mendorong perbaikan infrastruktur layanan di dalam rutan. Dalam waktu singkat, ia berhasil mempersiapkan tiga fasilitas utama yang akan segera diresmikan pada pertengahan Agustus 2025, yakni dapur bersih, kantin, klinik kesehatan, dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
“Pelayanan PTSP kami lengkapi dengan sistem sidik jari dan basis data digital agar kunjungan keluarga lebih efisien, aman, dan transparan. Ini bagian dari reformasi birokrasi pemasyarakatan,” kata Rolan.
Tak berhenti pada pembangunan fisik, Rolan juga memperbaiki suasana sosial di dalam rutan. Area kantin diperindah, sistem pelayanan makanan ditingkatkan, dan nuansa humanis diwujudkan dengan menambah hiburan seperti live music saat jam kunjungan, yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi keluarga warga binaan.
“Kami ingin rutan ini menjadi tempat pembinaan, bukan hanya pembatasan. Warga binaan tetap manusia yang harus diberi ruang untuk berubah,” tegasnya.
Dalam rangka menyambut HUT Kemerdekaan RI ke- 80, Rutan Palembang juga menyelenggarakan berbagai kegiatan olahraga bagi warga binaan seperti voli, bulu tangkis, gaplek, dan catur, guna menjaga semangat dan kesehatan mental para penghuni rutan.
Salah satu gebrakan paling menonjol adalah peluncuran produk UMKM berupa kopi premium dengan merek “Ratu Lembang” (singkatan dari Rutan Kelas I Palembang). Produk ini diracik dari biji kopi unggulan asal Sumatera Selatan — seperti Pagaralam, Semendo, Muaradua, dan Empat Lawang — dan sepenuhnya diproduksi oleh warga binaan.
“Meski baru satu produk, kami kerjakan secara serius. Gudang, alat produksi, dan tenaga kerja binaan sudah siap. Bahkan sebelum di-launching, sudah ada pesanan besar, termasuk dari Kapolda Papua sebanyak 500 bungkus,” ungkap Rolan.
Harga kopi dibanderol antara Rp35.000 hingga Rp65.000, dan keuntungan penjualannya akan disalurkan untuk kesejahteraan koperasi pegawai dan kegiatan pembinaan warga binaan.
Dalam dua bulan ini pula, Rolan mulai merancang program ketahanan pangan berbasis rutan dengan pola penanaman satu komoditas per lahan, dimulai dari kacang panjang.
“Daripada banyak jenis tapi tak terurus, lebih baik fokus satu jenis tanaman agar hasilnya maksimal. Kita rancang kawasan kacang panjang yang tertata rapi dari ujung ke ujung. Ini bukan sekadar kegiatan, tapi juga bagian dari pelatihan kemandirian,” jelasnya.
Menutup sesi dialog dengan awak media, Rolan mengajak masyarakat dan media untuk ikut menyuarakan upaya-upaya positif yang sedang dibangun di lingkungan pemasyarakatan.
“Kami sadar, perubahan tak bisa berjalan sendiri. Kami butuh dukungan masyarakat dan media,” pungkasnya. (WNA)