Palembang

Razia Satpol PP Palembang: Pengamen Paksa Bayar Digital hingga Warung Miras Ilegal Disisir

2

 

 

PALEMBANG, SUMSEL  JARRAKPOS, Kawasan wisata ikonik Palembang, Benteng Kuto Besak (BKB) dan Jembatan Ampera, Kamis malam (11/9/2025), mendadak ramai bukan karena wisatawan, melainkan aparat gabungan. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bersama Polrestabes Palembang menggelar razia penertiban besar-besaran, menyisir pengamen liar hingga warung penjual minuman keras ilegal.

Operasi ini bukan sekadar rutinitas patroli. Kepala Satpol PP Palembang, Herison, menyebut penertiban difokuskan pada praktik-praktik yang meresahkan wisatawan, terutama aksi pengamen yang dinilai sudah melampaui batas. “Ada pengamen yang memaksa meminta bayaran, bahkan dengan metode pembayaran digital. Itu tidak bisa ditolerir,” kata Herison kepada wartawan.

Dalam operasi tersebut, aparat menemukan sejumlah pemuda yang nongkrong di kawasan Jembatan Ampera. Salah satunya, seorang pengamen, diduga dalam pengaruh minuman keras. Mereka kemudian diamankan dan diberi peringatan keras. “Kalau kedapatan lagi, kami akan proses sesuai hukum yang berlaku,” tegas Herison.

Namun pengamen bukan satu-satunya sasaran. Razia juga menyasar warung-warung kecil yang diduga menjual minuman keras tanpa izin. Dari sejumlah lokasi, termasuk Taman Nusa Indah, kawasan 7 Ulu, hingga Jalan Masjid Lama, petugas menyita botol-botol miras berbagai merek.

Respon Publik dan Sisi Lain Penertiban

Langkah Satpol PP mendapat dukungan dari pelaku pariwisata dan tokoh masyarakat. Mereka menilai penertiban semacam ini penting untuk menjaga citra Palembang sebagai kota tua yang menjadi pintu gerbang wisata sejarah di Sumatera Selatan.

Namun, di sisi lain, operasi ini juga membuka pertanyaan: seberapa jauh masalah pengamen liar dan peredaran miras ilegal ini sudah merasuk di jantung kota?

Sejumlah pengunjung kawasan wisata mengaku keberatan dengan cara sebagian pengamen memaksa wisatawan. “Kalau kita kasih ikhlas, tidak masalah. Tapi kalau dipaksa, apalagi pakai QRIS atau e-wallet, itu sudah mengganggu sekali,” kata Dian, seorang wisatawan asal Lampung yang ditemui di BKB.

Sementara itu, beberapa warga sekitar menilai razia miras hanya menyentuh “pemain kecil.” “Warung-warung pinggir jalan disapu, tapi pemasok besar di belakang layar jarang sekali tersentuh. Harusnya aparat juga berani menindak jaringan distribusinya,” ujar Satria, warga 7 Ulu.

Menjaga Wajah Kota Wisata

Palembang tengah gencar memoles citra sebagai kota destinasi wisata sejarah dan kuliner. Pemerintah daerah berupaya menjadikan kawasan Ampera – BKB sebagai pusat atraksi yang bersih, aman, dan ramah wisatawan. Namun ancaman dari praktik liar semacam ini bisa merusak reputasi kota.

Herison mengajak masyarakat berperan aktif melapor jika melihat pengamen atau penjual miras yang meresahkan. “Kami tidak bisa bekerja sendiri. Ketertiban adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.(WNA)

 

 

Exit mobile version