BANYUASIN,SUMSEL JARRAKPOS,COM — Pilkada 2024 di Banyuasin yang kini memasuki masa kampanye dan debat publik semakin dirasakan memanas. Para kandidat tak hanya beradu gagasan, tetapi juga saling mengoreksi kebijakan yang telah diambil, terutama untuk petahana. Sementara itu, kandidat baru berjanji akan membawa perubahan bagi masyarakat.
Fenomena menarik terjadi di media sosial berbagai platform, di mana para paslon berlomba menarik simpati rakyat. Sayangnya, tak sedikit yang juga menyentuh sisi pribadi atau karakter lawan, yang menurut pengamat dinilai “kurang beretika” dan mulai mengarah pada kampanye hitam. Pengamat media Sumsel, Arjeli SS, menilai praktik semacam ini sudah menjadi rahasia umum dalam Pilkada, di mana opini dibentuk untuk mempengaruhi calon pemilih.
Arjeli menyoroti kampanye di Banyuasin yang menurutnya terasa tidak etis saat beberapa pihak memilih untuk “menyentuh karakter” petahana. Ia menekankan bahwa pasangan petahana Banyuasin, yang telah memimpin sejak 2018, sebenarnya telah berhasil menjalankan program-program unggul yang diakui publik. Namun, upaya menyudutkan capaian ini dengan isu miring dirasa kurang pas, mengingat keterbatasan APBD Banyuasin.
Di sisi lain, pasangan nomor urut 1, Askolani-Netta atau “Asta,” justru menjadi sorotan positif dengan pendekatan kampanye yang santun dan beretika. Strategi “Politik Santun” yang diterapkan Asta dinilai tidak hanya berpotensi mendulang simpati, tetapi juga layak menjadi teladan bagi kandidat lain. Dengan fokus pada program-program pembangunan, pasangan ini mampu mendominasi debat dengan sikap positif yang disukai publik.
Arjeli pun berharap publik Banyuasin tak terpengaruh oleh isu-isu negatif yang cenderung mengarah pada pembunuhan karakter, tetapi lebih menilai kandidat dari kualitas gagasan dan program-programnya. “Sebab, keadilan dalam Pilkada juga ditentukan oleh sikap santun dan program unggul yang benar-benar berpihak pada rakyat,” tutupnya.(WT)
