PALEMBANG , SUMSEL JARRAKPOS, — Lapangan upacara Pemerintah Kota Palembang berubah menjadi lautan warna-warni budaya Nusantara pada peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025. Ribuan peserta dari berbagai jenjang pendidikan, guru, kepala sekolah, hingga pegawai Dinas Pendidikan Kota Palembang tampak antusias mengikuti upacara bendera dengan mengenakan pakaian adat dari seluruh penjuru Indonesia.
Dari tanjak khas Melayu, kebaya Bali, hingga ulos Batak, para peserta memancarkan kebanggaan atas identitas budaya masing-masing. Tak hanya menjadi simbol keberagaman, kehadiran mereka menjadi bentuk penghormatan mendalam terhadap sosok Ki Hajar Dewantara, sang pelopor pendidikan Indonesia.
“Ini bukan sekadar perayaan. Ini bentuk nyata komitmen kita menghargai sejarah dan memperjuangkan masa depan pendidikan yang lebih baik,” ujar Aprizal Hasyim, Sekretaris Daerah Kota Palembang yang bertindak sebagai inspektur upacara. Ia didampingi Kepala Dinas Pendidikan, Adrianus Amri.
Dalam pidatonya, Aprizal menyampaikan pesan kuat bahwa pendidikan bukan sekadar hak istimewa bagi segelintir orang, melainkan hak dasar seluruh anak bangsa tanpa terkecuali.
“Pendidikan adalah hak asasi sekaligus hak sipil setiap warga negara. Tidak boleh ada diskriminasi atas dasar apa pun—agama, fisik, suku, ekonomi, maupun tempat tinggal,” tegasnya di hadapan peserta upacara.
Aprizal menegaskan bahwa amanat konstitusi jelas: setiap warga negara berhak atas pendidikan yang bermutu dan merata. Maka dari itu, ia menyerukan pentingnya komitmen semua pihak untuk menghadirkan sistem pendidikan yang adil, mencerdaskan, dan membebaskan dari belenggu ketertinggalan.
Ia juga menyambut baik arah kebijakan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas strategis dalam Asta Cita keempat.
“Fokus pada pembangunan sumber daya manusia adalah langkah krusial. Melalui pendidikan, kita bisa memutus rantai kemiskinan dan membangun peradaban. Guru bukan sekadar pengajar, tapi juga pembimbing dan agen perubahan di tengah masyarakat,” imbuhnya.
Semangat kolaborasi dan gotong royong juga menjadi sorotan utama dalam pidato Sekda. Ia mengajak semua elemen—pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat luas—untuk saling mendukung dalam membentuk ekosistem pendidikan yang inklusif dan berdaya saing.
Upacara Hardiknas tahun ini bukan hanya menjadi ajang mengenang jasa para tokoh pendidikan, tetapi juga momentum membakar semangat bersama dalam menghadapi tantangan zaman, seperti digitalisasi, ketimpangan akses, dan peningkatan kualitas tenaga pendidik.
“Mari kita satukan langkah, perkuat kolaborasi. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru atau sekolah, tapi tanggung jawab kita semua,” tutup Aprizal.(Rillis)