Banyuasin

Limbah Tulang Ikan Gabus Disulap Jadi Tepung Bergizi, UMKM Palembang Naik Kelas

0
Oplus_131072

 

 

BANYUASIN, SUMSEL JARRAKPOS, –
Limbah tulang ikan gabus yang selama ini dianggap tidak bernilai, kini justru menjadi sumber ekonomi baru. Berkat inovasi program pengabdian masyarakat BIMA yang dipimpin Ayu Kalista, limbah tersebut diolah menjadi tepung tulang bernilai tinggi dan bergizi, sekaligus mengangkat UMKM di Palembang naik kelas.

Sentra Ikan, Masalah Limbah, dan Peluang Besar Wilayah Seberang Ulu I, Palembang dikenal sebagai pusat pengolahan ikan seperti pempek dan kemplang. Namun, aktivitas ini menghasilkan limbah tulang ikan dalam jumlah besar yang selama ini dibuang begitu saja. Di UMKM Cek Aat, misalnya, produksi ikan gabus segar mencapai 10–15 kg per hari, menghasilkan limbah tulang hingga 3,7 kg. Limbah ini kerap menimbulkan bau dan mencemari lingkungan.

“Padahal, tulang ikan gabus kaya akan kalsium dan sangat potensial diolah menjadi tepung tulang sebagai bahan tambahan pangan bergizi. Sayangnya, keterbatasan alat, pengetahuan, serta pemasaran membuat potensi ini belum tergarap,” ujar Ayu Kalista, Ketua Program BIMA, Sabtu (23/8/2025).

Inovasi Teknologi dan Pemberdayaan UMKM Melihat peluang tersebut, Program BIMA menghadirkan inovasi ramah lingkungan dengan teknologi tepat guna. Dua alat modern diberikan kepada mitra: mesin pengering (oven) dan mesin penggiling tulang. Dengan teknologi ini, limbah tulang ikan gabus dapat diolah menjadi tepung yang higienis, tahan lama, dan memenuhi standar mutu pangan.

Oplus_131072

Tak hanya memberikan alat, program ini juga membekali pelaku UMKM dengan pelatihan teknis, manajemen usaha, hingga strategi pemasaran digital. “Kami ingin UMKM bukan hanya bisa memproduksi, tetapi juga mampu mengelola usaha dengan baik dan menjangkau pasar lebih luas, baik offline maupun online,” jelas Ayu.

Dampak Nyata: Produk Bernilai, Pasar Makin Luas Hasil program ini sudah terlihat.

UMKM Cek Aat kini mampu mengolah limbah menjadi produk bernilai jual, meningkatkan efisiensi produksi, hingga mengemas produk sesuai standar keamanan pangan. Tepung tulang ikan gabus kini siap dipasarkan sebagai bahan tambahan pangan bergizi tinggi.

Model Pemberdayaan UMKM Holistik
Keunggulan program BIMA terletak pada pendekatan holistik: menggabungkan teknologi pangan, pelatihan, dan pemasaran modern. Bahkan, pemasaran digital melalui Shopee, TikTok, dan website resmi menjadi fokus agar produk UMKM mampu bersaing di pasar kompetitif.

“Program ini diharapkan menjadi model pemberdayaan UMKM yang berkelanjutan. Limbah yang dulunya menjadi masalah, kini justru menjadi peluang ekonomi baru bagi masyarakat,” pungkas Ayu Kalista, yang juga dosen Program Studi Agribisnis Pangan Politeknik Negeri Sriwijaya Kampus Banyuasin.(WNA)

 

Exit mobile version