Gelitik JARI : Kondisi Pluralitas Manusia dan Kepemimpinan Eddy Santana Putra

SUMSELJARRAKPOS – Politik terkadang terkesan jauh dari keseharian Anda. Namun, politik adalah sesuatu untuk semua orang. Anda berpartisipasi dalam politik ketika Anda tampil aktif di depan umum dan mendiskusikan masalah-masalah umum dengan orang lain. Misalnya Anda dengan artikel opini di surat kabar atau dengan terlibat dalam aksi demonstrasi.

Berbicara dan tampil di depan umum sebagai ‘tindakan’ dan merupakan aktivitas tertinggi manusia. Tindakan itulah yang menjadikan manusia sebagai manusia. Oleh karena itu, politik bukanlah sesuatu yang hanya dilakukan oleh politisi dan partai, namun merupakan praktik yang dilakukan oleh semua orang.

Hannach Arendt dalam bukunya The Human Condition (1958), membedakan tiga aktivitas mendasar dalam kehidupan manusia yang ‘aktif’ : “kerja (kegiatan sehari-hari untuk bertahan hidup, seperti makan dan tidur), bekerja (membuat barang tahan lama) dan berdagang”.

Meskipun Arendt mencirikan perburuhan dan pekerjaan sebagai urusan pribadi, tindakan selalu terjadi di ruang publik antar manusia. Hal ini menciptakan dunia bersama. Tanpa tindakan tidak akan ada komunitas dan dunia bersama, dan juga tidak akan ada individu – dengan bertindak Anda menunjukkan siapa diri Anda.

Pluralitas manusia, yang merupakan kondisi mendasar bagi tindakan dan ucapan, mempunyai karakter ganda yaitu kesetaraan dan keberagaman. Ucapan dan tindakan mengungkapkan keragaman unik ini. Di sinilah orang-orang membedakan diri mereka satu sama lain, bukan sekadar menjadi berbeda atau perbedaan. Di dalamnya orang-orang tampak satu sama lain, bukan sebagai objek fisik, tetapi sebagai manusia.

Kehidupan tanpa ucapan dan tanpa tindakan secara harafiah mati bagi dunia, itu bukan lagi kehidupan manusia karena tidak lagi hidup di antara manusia. Dengan perkataan dan perbuatan kita memasuki dunia manusia satu perbuatan, dan terkadang satu kata, sudah cukup untuk mengubah konstelasi apa pun.

Karena setiap orang menginginkan “perubahan dengan pemimpin baru yang tidak mengkultuskan dirinya sebagai pemimpin bagi masyarakat yang dipimpinnya, melainkan sebagai teman diskusi saling mengisi, dan saling memberi nasehat untuk kebaikan bersama”.

Pemimpin baru itu Ir.H. Eddy Santana Putra, M.T, sosok pribadi yang selalu mendambakan kebahagiaan masyarakat Sumatra Selatan. Aamiin Ya Mujibassailin.

Rabu , 13 November 2024
Gesah Politik Jaringan Aliansi Rakyat Independen

Indra Darmawan