PALEMBANG, SUMSELJARRAKPOS – Palembang, yang pernah dijuluki “Venesia dari Timur” karena keindahan dan banyaknya sungai yang mengalir melalui kota, kini menghadapi tantangan serius dalam melestarikan identitas tersebut.
Jumlah anak sungai di Palembang terus menyusut, dan kini tersisa hanya 114 anak sungai. Untuk mencegah hilangnya sumber daya air yang berharga ini, Pemerintah Kota Palembang bersama dengan berbagai pihak, termasuk Koalisi Kawal Lingkungan Hidup Indonesia (Kawali) Sumsel, berupaya keras mengembalikan identitas dan kelestarian sungai-sungai ini.
Sebagai salah satu langkah konkret, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang mulai memasang plang nama dan barcode pada sungai-sungai yang masih ada.
Pada Selasa (29/10/2024), Sungai Baung menjadi salah satu yang pertama menerima penamaan resmi dengan pemasangan plang dan barcode, yang dapat di-scan oleh masyarakat dengan handphone untuk mengetahui sejarah dan informasi lengkap mengenai sungai tersebut.
“Dimulai dari Sungai Baung, kita pasang plang nama dan barcode sebagai bagian dari upaya melestarikan identitas sungai yang telah lama menjadi bagian dari sejarah kota,” ujar Kepala Dinas PUPR Kota Palembang, Akhmad Bastari, saat acara peresmian pemberian nama Sungai Baung.
Bastari menjelaskan bahwa saat ini baru dua sungai, yaitu Sungai Sekanak dan Sungai Baung, yang sudah dipasangi plang nama dan barcode. Sisanya akan dipasang secara bertahap.
“Masyarakat dapat menggunakan smartphone mereka untuk memindai barcode pada plang dan mengetahui nama serta sejarah dari setiap anak sungai,” tambahnya.
Selain penamaan ulang, pemerintah kota juga melakukan revitalisasi dan perawatan anak sungai yang telah mengalami sedimentasi tinggi serta pencemaran sampah.
Sungai Sekanak, Lambidaro, Sungai Buah, Sungai Kedukaan, dan Jeruju menjadi beberapa contoh sungai yang telah menerima perbaikan.
Menurut Bastari, upaya ini tidak hanya mempertahankan nama sungai, tetapi juga menjaga sejarahnya.
Sementara itu, Ketua Kawali Sumsel, Chandra Anugerah, menyoroti kondisi anak sungai yang semakin memprihatinkan akibat pembangunan yang masif dan bertambahnya jumlah penduduk.
Sungai-sungai seperti Sungai Rendang, Sungai Pangeran, Sungai Kedukaan, Sungai Kubu, dan Sungai Sekanak berada dalam kondisi yang paling kritis, dengan pendangkalan dan pencemaran yang mengancam ekosistemnya.
“Jika kita tidak bertindak cepat dan tidak ada kejelasan soal kewilayahan, 114 anak sungai ini berisiko hilang untuk selamanya,” tegas Chandra.
Ia menjelaskan bahwa Kawali Sumsel berkomitmen menyelamatkan sungai-sungai di Palembang, mulai dari wilayah Seberang Ulu hingga ke kawasan KM 12.
Penamaan ulang sungai ini melibatkan berbagai pihak, termasuk budayawan dan sejarawan, untuk memastikan bahwa setiap plang yang dipasang mencerminkan identitas historis dan kultural dari masing-masing sungai.
Sungai Baung, misalnya, terletak di daerah Jalan Angkatan 45 dan memiliki panjang aliran sekitar 1.200 meter.
Namun, ada beberapa permasalahan serius di daerah aliran Sungai Baung, terutama pendangkalan yang menyebabkan banjir saat musim hujan di wilayah Lorong Karya 1, 2, dan 3.
Menurut Chandra, permasalahan seperti ini menjadi tantangan utama yang harus segera diatasi melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.
Upaya pelestarian anak sungai di Palembang ini diharapkan tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga sungai sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Penamaan ini bukan hanya simbolis, tetapi langkah nyata untuk memastikan bahwa sungai-sungai ini tetap menjadi bagian dari masa depan kota, bukan hanya kenangan masa lalu,” jelas Chandra.
Ia berharap masyarakat semakin peduli untuk menjaga kebersihan dan kelestarian sungai-sungai yang ada. “Sungai adalah sumber kehidupan bagi ribuan warga Palembang, dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya,” pungkasnya. (*)